Search Engine VS Pustakawan
Akankah search engine akan menggeser keberadaan pustakawan ?
Di era teknologi sekarang ini, search engine merupakan bagian dari aktivitas kerja sehari-hari. Seorang pustakawan rujukan misalnya, akan memprioritaskan penggunaan search engine sebagai sarana penelusuran informasi. Pustakawan yang bergelut dengan penelusuran sumber daya informasi online, setidaknya harus memiliki dua keahlian ketika bekerja dengan search engine. Pertama, dapat mengartikulasikan strategi penelusuran dari sisi pemilihan istilah, penggabungan konsep, maupun sintaksisnya. Yang kedua, mengetahui pilihan search engine yang tepat sesuai dengan kebutuhan informasi yang dicari. Internet adalah belantara informasi yang luas dan seakan telah menjadi “dunia paralel” dari dunia fisik kita sendiri. Harriet Shalat, seorang pustakawan rujukan di New York Public Library, Amerika Serikat, mengungkapkan, saat ini sudah terbentuk pandangan di publik Amerika yang mengasumsikan bahwa sesuatu yang tidak dapat ditemukan di internet berarti memang tidak eksis. Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap search engine sering tidak diimbangi dengan pemahaman bahwa sebenarnya search engine tidak dilengkapi filter dalam pengumpulan informasi yang diinginkan oleh pengguna. Kenyataan itu semakin ironis, ketika google melakukan penelitian pada tahun 2002 dan mendapatkan hasil bahwa hampir 85% pengguna hanya melihat hasil perolehan search engine pada halaman pertama saja. Jadi akankah search engine akan menggeser keberadaan pustakawan? Menurut pendapat saya bisa iya, dan bisa tidak. Karena tergantung pustakawannya apa mampu menyesuaikan dengan perkembangan teknologi seperti sekarang ini. Pustakawan juga bisa menjadi pemandu untuk pengguna dalam menelusur sebuah informasi dengan search engine. Dalam pencarian search engine juga ada rumusnya, jadi tidak setiap orang bisa atau mampu menggunakannya. Apabila pustakawan akan melakukan sebuah pencarian tentang data perpustakaan, pustakawan masih bisa bertahan. Sebenarnya dengan adanya search engine, pustakawan tidak perlu merasa panik karena mendapat saingan. Saingan ini sebenarnya juga adalah ciptaan manusia. Dengan adanya search engine, sebenarnya pustakawan tidak perlu merasa khawatir akan pindah kelain hatinya pemustaka. Namun yang harus dilakukan adalah bagaimana pemustaka bisa kembali berpindah hati yaitu kembali ke perpustakaan dan bertanya kepada pustakawan. Ada beberapa hal yang bisa didapatkan oleh pemustaka ketika memasuki perpustakaan yang ia tidak dapat temui ketika memasuki dunia maya atau internet, yaitu pelayanan dan informasi yang akurat. Ketika memasuki sebuah perpustakaan, setidaknya kita akan menikmati senyuman dari pustakawan, yang tidak kita dapatkan ketika berada atau memasuki dunia maya. Kemudian meskipun bersaing dengan search engine yang notabene adalah search engine yang menghimpun informasi dari seluruh dunia, namun informasi yang diberikan belum tentu tepat dan cepat. Namun ketika pemustaka ingin mencari informasi yang ia butuhkan, bertanya kepada pustakawan, maka ia akan dirujuk langsung ke lokasi dimana informasi itu berada. Jadi pustakawan memberikan informasi lebih akurat dibandingkan search engine. Hal ini disebabkan oleh keteraturan dalam penyusunan sumber informasi. Semakin teratur sumber informasi disusun, maka informasi yang diperlukan akan semakin mudah untuk dicari dan ditemukan. Search engine bukan merupakan ancaman bagi pustakawan, namun dapat dijadikan teman dalam mengelola informasi. Jadi agar pemustaka tidak menggantungkan hidup mereka kepada search engine yaitu dengan cara memperbaiki kualitas perpustakaan dalam menyediakan sumber informasi dan juga pustakawan dalam melayani pengguna informasi. Demikian pendapat dari saya tentang search engine dengan pustakawan, kurang lebihnya bisa saya perbaiki lagi untuk yang selanjutnya.
1 komentar:
jadi benar, pustakawan tdk perlu merasa panik krn adanya persaingan dgn search engine dan tdk perlu merasa khawatir jika pndah k lain hati para pmustaka...
Posting Komentar