Banner 468 X 60

Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 22 Mei 2012

Peran Pustakawan dalam Meningkatkan Citra Perpustakaan

Dalam kesempatan kali ini kita akan membahas masalah meningkatkan citra perpustakaan di era modern ini. Peran pustakawan sangatlah di butuhkan dalam meningkatkan citra perpustakaan. Dalam kesempatan ini,, banyak peran pustakawan sangatlah pokok dan sangatlah vital di dalam perpustakaan

Sebuah organisasi atau lembaga termasuk perpustakaan dikatakan berhasil, apabila kualitas pelayanan yang diberikan kepada pemakainya telah memperoleh pengakuan dari masyarakat yang dilayaninya. Kualitas tersebut dapat dicapai oleh sebuah perpustakaan termasuk perpustakaan perguruan tinggi, dengan prestasi dan kinerja yang maksimal. Apabila perpustakaan perguruan tinggi mampu memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas kepada masyarakat di lingkungannya, maka secara tidak langsung hal itu merupakan wujud kinerja pengelola perpustakaannya yang berkualitas. Dengan adanya kinerja pustakawan perguruan tinggi yang berkualitas dalam melayani pemakai, maka tujuan yang telah ditetapkan oleh perpusakaan akan tercapai.
Perpustakaan yang baik dapat dilihat dan diukur dari keberhasilannya dalam memenuhi kebutuhan pemakainya dan  dapat melayani dengan kemampuan yang dimiliki kepada masyarakat pemakainya. Semakin baik dalam melayani pemakai, semakin tinggi penghargaan yang akan diberikan kepada perpustakaan. 

1.      Membangun citra perpustakaan (building image)

Berdasarkan    paradigm  lama    yang  kita  ketahui  bahwa  perpustakaan  sering diartikan sebagai sebuah gedung tua, gelap, pengap, sepi, bahkan kalau saja perpustakaan diakui sebagai lembaga profesional  dan tidak hanya dijadikan tempat untuk menumpuk buku, tempat yang tidak menarik untuk dikunjungi dan dianak tirikan oleh lingkungannya sendiri. Adanya paradigma  tersebut, maka  yang harus kita perhatikan adalah bagaimana  membuat pengelola perpustakaan khususnya pustakawan agar pustakawan tidak semakin merasa minder karena profesinya belum diakui oleh masyarakat di sekelilingnya.
  
Oleh karena itu perlu adanya usaha agar tidak di pinggirkan atau dimarjinalkan, banyak perpustakaan perguruan tinggi yang mulai berbenah diri untuk meningkatkan citra perpustakaannya baik melalui pembenahan dari hal-hal yang sepele sampai pembenahan dalam skala besar. Skala kecil dengan membuatbrand image perpustakaan agar dikenal orang, seperti melakukan promosi  iklan dengan membuat leaflet, marchendaise yang berlogo perpustakaan, membuat acara bedah buku, pameran buku dan juga melakukan terobosan baru dengan merubah layout perpustakaan agar menarik, bahkan ada yang sampai melakukan perubahan nama dengan menggunakan istilah asing, maupun membuat slogan-slogan layanan. 

2.      Meningkatkan citra pustakawan (librarian image)

Kita telah tahu, bahwa profesi pustakawan merupakan profesi yang belum populer dikalangan masyarakat kita, masih kalah populer dengan profesi insinyur, pengacara,  bahkan artis sekalipun. Pilihan profesi pustakawan biasanya merupakan

pilihan alternatif, dan tenaga pustakawan dipandang sebelah mata, tenaga pustakawan merupakan orang buangan. Hal itu semua menjadi penyebab buruknya citra terhadap profesi pustakawan. Walaupun yang telah kita ketahui, bahwa tenaga pustakawan merupakan  jabatan karir dan jabatan fungsional yang telah diakui oleh pemerintah dengan terbitnya surat MENPAN nomor 132 tahun 2002. 

Dengan melihat permasalahan tersebut di atas mau  tidak mau perpustakaan perguruan tinggi harus membekali tenaga pustakawannya untuk dapat bersikap profesional dalam memberikan pelayanannya. Dalam melakukan pelayanan kepada pemustaka, pustakawan harus membuat pemustaka merasa diistimewakan dan merasa penting karena dalam memberikan pelayanan terbaik kepada pemustaka harus berorientasi kepada kepentingan pemustaka, sehingga akan mampu memberikan kepuasan yang optimal (Majid, Suharto Abdul, 2009).   Upaya dalam memberikan pelayanan yang terbaik dapat diwujudkan apabila pustakawan dapat menonjolkan kemampuan sikap, penampilan, perhatian dan tindakan, juga tanggungjawab yang baik. 

a) Aspek profesional, meliputi hal mengenai pustakawan yang harus  mempunyai pendidikan formal ilmu pengetahuan, pustakwan dituntut gemar membaca, terampil, kreatif, cerdas, tanggap, berwawasan luas, berorientasi kedepan, mampu menyerap ilmu, obyektif (berorientasi pada data), tetapi memerlukan disiplin ilmu tertentu di pihak lain, berwawasan lingkungan, mentaati etika profesi pustakwan, mempunyai motivasi tinggi, berkarya di bidang kepustakawanandan mampu melaksanakan penelitian dan penyuluhan.

b) Aspek kepribadian dan perilaku,
meliputi pustakawan harus bertaqwa kepada Tuhan YME, bermoral pancasila, mempunyai tanggungjawab sosial dan kesetiakawanan, memiliki etos kerja yang tinggi, mandiri, loyalitas tinggi terhadap profesi, luwes, komunikasi, bersikap suka melayani, ramah dan simpatik, terbuka terhadap kritik dan saran, selalu siaga dan tanggap terhadap kemajuan dan perkembangan ilmu dan teknologi.

Pelayanan juga mempunyai sifat universal, artinya berlaku terhadap siapa saja yang menginginkannya. Oleh karenanya, pelayanan yang memuaskan pemakai memegang peranan penting agar perpustakaan dapat eksis.
Lebih lanjut Moenir (1995:410) mengungkapkan perwujudan pelayanan yang didambakan adalah :
  1. Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan dengan pelayanan yang cepat dalam arti tanpa hambatan yang kadang dibuat-buat
  2. Memperoleh pelayanan secara wajar tanpa gerutu atau sindiran yang mengarah kepada permintaan sesuatu, baik dengan alasan untuk dinas maupun kesejahteraan.
  3. Mendapatkan perlakuan yang sama dalam pelayanan terhadap kepentingan yang sama, tertib dan tidak pandang bulu.
  4. Pelayanan yang jujur dan terus terang. 
Pendapat diatas memberikan gambaran, keberhasilan sebuah perpustakaan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sangat tergantung dari pelayanan yang diberikan kepada pemakainya. Sehingga dengan pelayanan yang baik, citra dan persepsi masyarakat terhadap perpustakaan juga akan semakin baik


3.      Perpustakaan berbasis teknologi innformasi dan komunikasi (ICT based)
Adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi atau information and communication technology (ICT) telah membawa perubahan dalam berbagai bidang termasuk yang dialami oleh perpustakaan. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT based) sebagai sarana dalam meningkatkan kualitas layanan dan operasional perpustakaan tentu saja telah membawa perubahan yang sangat besar di perpustakaan. Bisa kita lihat perkembangan dan penerapan teknologi informasi dan komunikasi atau information and communication technology (ICT) dapat kita ukur dengan digunakannya teknologi ini sebagai system informasi manajemen perpustakaan dan perpustakaan digital (digital library). 

Sistem informasi perpustakaan merupakan pengintegrasian antara bidang pekerjaan administrasi, pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, pengolahan, sirkulasi, statistik, pengelolaan kartu anggota, dan lain-lain, dan sistem ini biasa kita sebut sebagai sebuah sistem otomasi perpustakaan. Dimana hampir semua perpustakaan sudah menerapkan sistem ini untuk memudahkan dalam melakukan pelayanan kepada pemakainya. Kemudahan yang kita dapatkan dalam sistem otomasi diperpustakaan dapat kita rasakan karena adanya kemudahan dalam melakukan pekerjaan di semua lini perpustakaan.

Sedangkan perpustakaan digital (digital library) yang dikatakan oleh Ismail Fahmi (2004)  mengatakan,  bahwa perpustakaan digital adalah sebuah sistem yang terdiri dari perangkat hardware dan software, koleksi elektronik, staf pengelola, pengguna, organisasi, mekanisme kerja, serta layanan dengan memanfaatkan berbagai jenis teknologi informasi.  Menurut Zainal A. Hasibuan (2005)  mengatakan, bahwa digital library atau sistem perpustakaa digital merupakan konsep menggunakan internet dan teknologi informasi dalam manajemen perpustakaan.

Dalam pengembangan perpustakaan digital (digital library)bagi tenaga pengelola perpustakaan dapat membantu pekerjaan yang ada di perpustakaan melalui fungsi sistem otomasi perpustakaan, sehingga dalam proses pengelolaan perpustakaan menjadi lebih efektif dan efisien. Fungsi sistem otomasi perpustakaan menitikberatkan pada bagian pengontrolan sistem administrasi layanan secara online. Sedangkan bagi pengguna perpustakaan dapat membantu mencari sumber-sumber informasi yang diinginkan dengan menggunakan OPAC yang dapat diakses melalui internet maupun intranet, sehingga dalam temu kembali informasi dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun pemakai berada.

Sumber http://teronelict.blogdetik.com/cara-membuat-database-perpustakaan-sederhana/

0 komentar:

Posting Komentar